Jakarta –
Sleep paralysis, orang awam mengenalnya Bersama istilah ketindihan atau rep-repan, memang menyeramkan. Akan Tetapi secara medis, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika seseorang terbangun Bersama tidur dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya Bagi sesaat.
“Sebaiknya rileks saja, Sebab ketindihan biasanya hanya berlangsung sebentar,” ujar praktisi Kesejaganan tidur, dr Daniel Thomas Suryadisastra, SpN, RPSGT, Untuk wawancara Bersama detikcom Ke Tangerang, Kamis (19/9/2024).
Menurut dr Daniel, sleep paralysis terjadi Sebab seseorang terbangun ketika tidurnya Di berada Ke fase REM (Rapid Eye Movement). Fase ini merupakan fase tidur yang Untuk, ketika mimpi dimungkinkan Bagi terjadi dan otot Untuk Situasi yang Untuk rileks-rileksnya.
“Jangan panik, ketika fase REM hilang, maka Situasi ini Berencana hilang juga. Rileks saja,” jelas dr Daniel.
Tidak bisa bergerak Sebab sleep paralysis, menurut dr Daniel juga bisa dibedakan Bersama kelumpuhan akibat stroke. Jika bukan Sebab stroke, maka biasanya ketindihan ini hanya Berencana berlangsung sesaat.
“Kalau stroke itu bangunnya sudah lemas, lemas sebelah. Bukan yang singkat begitu (ketindihan). Kalau stroke lebih permanen, ada progres, Lebihterus lemas,” jelasnya.
Mengingat sleep paralysis juga kerap dikaitkan Bersama hal-hal mistis, pendekatan yang bersifat spiritual juga bisa diterapkan Pada mengalaminya. Seperti dialami Regita, seorang karyawati Ke Jakarta yang mengaku sampai tidak bisa menggerakkan mulut jika Merasakan ketindihan.
“Yang aku lakukan pas itu pastinya berdoa sebisaku,” katanya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia: Tubuh Tak Bisa Bergerak Pada Bangun Di Malam, Apa yang Harus Dilakukan? Ini Saran Ahli Kebugaran