Jakarta, CNBC Indonesia – Generasi Z dan Milenial adalah dua kelompok yang disebut bakal lebih cepat miskin daripada generasi lainnya akibat ogah menabung dan punya kebiasaan “doom spending“. Apa itu “doom spending“?
Melansir Di CNBC Make It, sebagian besar orang Di kelompok Generasi Z dan Milenial cenderung menghabiskan uang Sebagai membeli Produk-Produk mewah dan Berpergian daripada menabung. Menurut Psychology Today, hal itu identik Bersama “doom spending” alias berbelanja secara impulsif Untuk menenangkan diri akibat perasaan pesimis Yang Berhubungan Bersama ekonomi dan masa Didepan.
Dosen senior keuangan Ke King’s Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom mengungkapkan bahwa “doom spending” adalah hal yang tidak sehat dan fatal. Bukan tanpa alasan, Baecktrom menyebut hal ini akibat paparan berita buruk Melewati media sosial.
“Hal ini membuat mereka merasa seperti Berencana kiamat,” kata Baekstrom, dikutip Selasa (24/9/2024).
“Para anak muda ini Lalu menerjemah perasaan buruk tersebut menjadi kebiasaan belanja yang buruk,” sambungnya.
Generasi Pertama yang Bakal Lebih Miskin: Gen Z dan Milenial
Menurut hasil Survei Keselamatan Perbankan International Your Money CNBC yang dilakukan Bersama Survey Monkey, hanya sebanyak 36,5 persen orang dewasa Ke dunia yang merasa bahwa mereka lebih baik secara Perbankan daripada orang tua mereka. Ke Di Yang Sama 42,8 persen lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Hasil ini diperoleh Di 4.342 orang dewasa Ke seluruh dunia.
“Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang Berencana lebih miskin daripada orang tua mereka Sebagai waktu yang sangat lama,” tegas Baeckstrom.
“Ada perasaan bahwa Anda Bisa Jadi tidak Berencana pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda,” lanjutnya.
Sebab, pengeluaran Sebagai hal-hal tidak penting menciptakan ilusi kendali Ke dunia yang terasa seperti tidak terkendali.
“Akan Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah hal itu membuat Anda kehilangan kendali Ke masa Didepan. Sebab, jika Anda menyimpan uang dan menginvestasikannya, Anda Bisa Jadi benar-benar bisa membeli Rumah,” ujar Baeckstrom.
Alasan Generasi Z dan Milenial Boros: Rasa Ingin Melarikan Diri
Pendiri Mula asal Silicon Valley, Daivik Goel mengaku bahwa kebiasaan boros yang kerap dilakukannya, seperti membeli Busana mewah, produk Keahlian terbaru, hingga berfoya-foya berawal Di rasa tidak puas Bersama pekerjaan dan tekanan Di teman sebayanya.
“Semua itu hanya perasaan ingin melarikan diri,” kata Goel yang berusia 25 tahun.
“Orang-orang Memahami bahwa menabung Sebagai membeli Rumah Berencana memakan waktu yang sangat lama. Karena Itu, menghabiskan uang Sebagai Produk lain Berencana menjadi pilihan,” sambungnya.
Goel mengaku, kebiasaan borosnya telah hilang Setelahnya ia menemukan Kesenangan Di pekerjaannya. Menurut dia, Sejahtera Bersama pekerjaan dapat mengubah pola pikirnya.
Cara Mengatasi Boros: Pahami Hubungan Bersama Uang
Baeckstrom mengatakan, salah satu cara utama Sebagai mengatasi kebiasaan boros adalah memahami hubungan Anda Bersama uang. Ia mengatakan, hubungan Bersama uang seperti hubungan Bersama orang lain, yakni dimulai Sebelum masa kanak-kanak dan membuat orang membentuk berbagai jenis keterikatan.
“Jika Anda merasa Memiliki keterikatan yang aman Bersama uang, Anda dapat membuat penilaian yang baik Pada sesuatu. Anda mengumpulkan pengetahuan dan Anda dapat mengevaluasinya,” kata Baeckstrom.
“Akan Tetapi jika merasa tidak aman maka Anda cenderung tergoda Sebagai melakukan perilaku belanja yang tidak sehat ini,” lanjutnya.
Menurut Baeckstrom, sikap-sikap ini berasal Di bagaimana cara seseorang dibesarkan, seperti apakah mereka kaya atau miskin, bagaimana keluarga mengelola uang, dan siapa yang mengendalikannya.
Warga Kolombia berusia 28 tahun, Stefania Troncoso Fernandez mengaku bahwa ia cenderung boros Lantaran kekurangan literasi keuangan. Fernandez mengaku, ayahnya tumbuh Di Kemiskinan Global dan ia tidak pernah didorong Sebagai menabung.
Pendiri dan COO platform Pembuatan kekayaan, Samantha Rosenberg mengatakan bahwa membuat transaksi menjadi “lebih nyata” dan sulit bisa membuat seseorang Merencanakan Sebagai lebih baik tidak berbelanja.
Menurutnya, melihat dan berbelanja secara langsung alias bukan Melewati Perdagangan Elektronik bisa mencegah kebiasaan belanja impulsif. Ke Di Itu, menyalakan notifikasi transaksi Ke Smart Phone juga bisa membuat seseorang menyesal Di berbelanja.
“Titik-titik keputusan tambahan, seperti memilih dan pergi Ke toko, Menimbang Produk secara langsung, dan harus mengantre Sebagai membelinya Berencana membantu Anda Sebagai memperlambat dan berpikir lebih kritis soal belanja,” kata Rosenberg.
Karena Itu, ia pun merekomendasikan setiap individu Sebagai kembali menggunakan uang tunai alih-alih non-tunai. Menurutnya, metode pembayaran non-tunai justru Memperbaiki pengeluaran yang tidak perlu akibat terlalu mudah dan cepat.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Gen Z dan Milenial Diprediksi Lebih Cepat Miskin, Ini Alasannya